Home / News / Digitalisasi
Pernyataan tersebut disampaikan Edwin Syahputra Lubis, Kepala Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), PT Riset Perkebunan Nusantara, pada keterangan pers, Rabu (30/9).
Industri kelapa sawit 4.0 didasarkan pada penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi (didorong oleh inovasi) dengan mengintegrasikan komponen-komponen utama yaitu big data, kecerdasan buatan, interaksi manusia mesin, digital fisik dan bioteknologi untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, nilai tambah, inklusivitas dan untuk meminimalkan polusi atau emisi secara berkelanjutan.
"Industri minyak sawit 4.0 merupakan metode produksi baru yang dapat membawa kita mencapai tujuan pembangunan industri berkelanjutan," kata Edwin.
Tujuan revolusi industri sawit 4.0 adalah meningkatkan pendapatan global, meningkatkan kualitas hidup stake holder sawit dan memberikan keuntungan efisiensi dan produktivitas jangka panjang serta sawit yang lestari.
Baca Juga: Digitalisasi Perkebunan Berpotensi Tingkatkan Profit Tanpa Perluasan Hektar
"Tujuannya untuk memudahkan pekerjaan, bukan menghilangkan pekerjaan. Supaya stake holder sawit naik kelas dari bekerja kasar di kebun jadi manager yang mengatur dengan digitalisasi," katanya.
Strategi sukses memanfaatkan peluang dan menjawab tantangan revolusi industri sawit 4.0 adalah penggunaan teknologi digital dan inovasi, harmonisasi aturan dan kebijakan sebab inovasi sering tidak sesuai dengan aturan, dan perluas jaringan bisnis industri sawit.
Inovasi teknologi perlu biaya besar sehingga harus menarik investor dari luar. Peningkatan kualitas SDM dan budaya kerja, tanpa ini maka tidak akan berjalan dan perbaikan alur barang dan material. Penerapan pada industri sawit,dimulai dari hulu yaitu teknologi benih, dengan sistem barcode mampu menelusuri riwayat dari mana bahan asal tanaman berasal.
Baca Juga: Digitalisasi Perkebunan Berpotensi Tingkatkan Profit Tanpa Perluasan Hektar