Home / News / Sustainability
Pertemuan tersebut juga membahas terkait tantangan kunci dan peluang transformasi pasar di negara produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Pasalnya, pada Juni tahun 2020, tingkat penyerapan minyak sawit berkelanjutan di Indonesia hanya sebesar 13 persen. Direktur RSPO Indonesia Tiur Rumondang menjelaskan konsep Shared Responsibility atau Tanggung Jawab Bersama telah menjadi bagian dari kode etik anggota RSPO selama lebih dari lima tahun.
"Selama 14 tahun terakhir, kita telah melihat pertumbuhan yang impresif dalam produksi minyak sawit berkelanjutan dari anggota kami namun permintaannya tidak sebanding dengan suplai dan ada keyakinan bahwa pembeli tidak mematuhi standar yang berlaku bagi produsen karena tidak adanya aturan mengenai hal itu," ujar Tiur dalam keterangan tertulis.
Tiur juga menjelaskan sejak revisi Prinsip dan Kriteria (P&K) pada tahun 2017 hingga saat ini, para pemangku kepentingan mengidentifikasi konsep Shared Responsibility perlu diidentifikasi dan dikembangkan lebih lanjut.
"Dengan konsep Shared Responsibility, kami ingin mendorong upaya di antara semua pemangku kepentingan dalam rantai pasok minyak sawit untuk mentransformasi pasar dan untuk meraih visi bersama RSPO untuk menjadikan minyak sawit berkelanjutan sebagai norma," paparnya.
Baca Juga: Sudah Saatnya Petani Sawit Jadi Pemain Utama Rantai Pasok CPO
Sementara itu, Head of Market Transformation WWF-Indonesia Aditya Bayunanda mengatakan saat ini dibutuhkan upaya bersama agar para produsen menerima manfaat yang seharusnya. Dalam rangka mendukung para pelaku pasar, WWF juga mempromosikan penggunaan produk minyak sawit berkelanjutan di pasar domestik maupun pasar internasional, serta memberikan informasi yang relevan agar pembeli memperoleh sumber minyak sawit berkelanjutan.
"Saat ini upaya bersama sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa produsen yang memproduksi minyak sawit secara berkelanjutan menerima manfaat yang seharusnya, dan konsumen kemudian menggunakan daya beli mereka untuk memberikan insentif kepada produsen, utamanya petani kecil," katanya.
Senada dengan Aditya, Managing Director for Sustainability and Strategic Stakeholder Engagement GAR Agus Purnomo meminta agar dibuat program berkelanjutan yang melibatkan semua pihak.
"Selama ini beban yang signifikan hanya ditanggung oleh produsen kelapa sawit. Kita perlu membuat aksi keberlanjutan sebagai sebuah tanggung jawab bersama yang dipikul bersama-sama oleh semua pihak," paparnya.
Baca Juga: Sudah Saatnya Petani Sawit Jadi Pemain Utama Rantai Pasok CPO