"(Puncak) dari hujan yang lebat mengganggu aktivitas panen dan adanya pengurangan tenaga kerja di tengah merebaknya Covid-19 kemungkinan akan menurunkan output," kata Sathia Varqa, salah satu pendiri Palm Oil Analytics yang berbasis di Singapura kepada Reuters.
Penutupan perbatasan dan perintah sementara di negara bagian utama penghasil kelapa sawit Sabah agar perkebunan bekerja dengan kapasitas setengahnya untuk membantu menahan wabah virus Corona telah menyebabkan kekurangan pekerja yang memanen buah sawit yang mudah rusak dan pada akhirnya merusak hasil panen.
Produksi minyak sawit kemungkinan turun 5,6% (mom) ke terendah dalam lima bulan menjadi 1,77 juta ton, sementara ekspor diperkirakan naik 5,5% ke level tertinggi tiga bulan menjadi 1,7 juta ton.
Baca Juga: Indonesian Palm Oil Industry Roadmap Entering the Industrial Revolution 4.0
Ekspor yang tinggi ke India selama musim perayaan Diwali berhasil mengimbangi lemahnya ekspor ke Uni Eropa dan China bulan lalu, tetapi pembelian India diperkirakan melambat pada November.
Tingkat stok kemungkinan akan mengetat hingga akhir tahun karena perkebunan memasuki musim produksi yang lebih rendah dan periode musim hujan yang lebat di kawasan tropis pasifik sebagai akibat dari fenomena La Nina.
Baca Juga: Palm Oil Blockchain: Traceability and Sustainability in Palm Oil Industry
Dukung kami menyajikan berita akurat, terpercaya dan independen. Berkontribusi sekarang melalui link Google berikut ini.