Secara terpisah, Chief Executive Officer (CEO) eKomoditi Indonesia, Ferron Haryanto, mengatakan aplikasi Electronic Plantation Control System yang diimplementasikan di Bumitama Gunajaya Agro telah disesuaikan dengan workflow perusahaan guna meningkatkan fungsi kontrol operasional yang lebih efisien dan berproduktifitas tinggi agar perusahaan semakin efektif dan kompetitif di tingkat global.
“Proses inisiasi di lapangan berlangsung kurang lebih 6 bulan dimana tim eKomoditi Indonesia melakukan implementasi EPCS dan diteruskan dengan pengembangan lebih lanjut serta rollout di beberapa kebun milik Bumitama Gunajaya Agro,” kata Ferron.
Menurut Ferron Haryanto, kunci utama untuk mempercepat implementasi teknologi digital di perkebunan bergantung pada kemampuan adaptasi manajemen. Oleh karena itu, semua pihak harus bisa beradaptasi dengan teknologi digital sebagai solusi dan tidak melihatnya sebagai hambatan.
Baca Juga: Indonesian Palm Oil Industry Roadmap Entering the Industrial Revolution 4.0
"Kami mendukung sepenuhnya prinsip-prinsip sustainability dan traceability dengan implementasi teknologi digital di perkebunan kelapa sawit untuk menjawab tekanan masyarakat internasional terhadap produk minyak sawit Indonesia," katanya.
Bukan rahasia umum, ekspor minyak sawit Indonesia dan negara produsen lain kerap menghadapi hambatan di pasar global. Awal tahun 2021, pemerintah Amerika Serikat memblokir ekspor minyak sawit yang berasal dari sebuah perusahaan asal Malaysia.
“Kampanye negatif terhadap minyak sawit harus kita lawan secara cerdas, salah satunya dengan mengadopsi teknologi digital di semua lini bisnis industri kelapa sawit,” kata Ferron Haryanto. (*)
Baca Juga: Palm Oil Blockchain: Traceability and Sustainability in Palm Oil IndustryDukung kami menyajikan berita akurat, terpercaya dan independen. Berkontribusi sekarang melalui link Google berikut ini.